LARILAH KEMBALI KEPADA ALLAH

Larilah Kembali Kepada Allah photo faringfirrugraveigravelaringllaringh_zpsb9f801c3.gif
Bacalah Selalu Lisan Maupun dalam Hati "YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH"

Selasa, 01 Juni 2010

TAUFIQ - HIDAYAH

“Hidayah” jika ditinjau dari segi bahasa, berasal dari kata Al-Haadiy, yang artinya petunjuk jalan, atau terjemahan bebasnya adalah petunjuk kepada jalan yang benar.
Hidayah, dalam arti petunjuk. Bisa dilihat pada tafsir Surah Al Fatihah : 6

“Ihdinash shiraathal mustaqiim”

Artinya: “Tunjukilah[1] kami jalan yang lurus,

[1] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufiq.

"Ihdi": Pimpinlah, tunjukilah, berilah hidayah
Arti "hidayah" ialah: Menunjukkan sesuatu jalan atau cara menyampaikan orang kepada orang yang ditujunya dengan baik.



Kemudian Surat Al-Baqoroh : 2,

“Dzaalikal kitaabu laaraiba fiih . Hudal lilmuttaqiin”

Artinya: “Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa “Hudal lilmuttaqiin” yakni sebagai cahaya bagi orang-orang yang bertakwa, yakni bagi orang-orang mukmin yang memelihara dirinya dari menyekutukan Allah, mengesakanNya, beramal dengan menaati-Nya, takut terhadap azab-Nya, mengharapkan rahmat-Nya, dan menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan-Nya. Makna ini sejalan dengan makna ayat yang sesudahnya, yaitu ayat yang mengandung sifat-sifat orang yang beriman dan bertakwa yang disifati Allah dengan firman-Nya,

“Alladziina yu’minuuna bil ghaibi wayuqiimuunashsholaata wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun”.

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan yang menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka".

Kemudian Surah Al-Maidah : 44, 46 dan masih banyak lagi.

Maka secara global hidayah dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1.Hidayatul ‘Amm dan
2.Hidayatul Mukhos-shoh


1. HIDAYATUL-'AMM ( HIDAYAH UMUM )
Hidayah ini diberikan Allah 'Azza wa Jalla kepada semua makhluqnya tanpa terkecuali. Kepada hewan, tumbuhan bintang, bulan dan semua makhluknya yang lain.
Hidayatul ‘Amm, dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
1.Hidayatul Wijdan dan
2.Hidayatul Hawas wal Masya’ir

1.1 Hidayatul Wijdan
adalah suatu potensi naluri yang Allah SWT tanamkan pada manusia sejak manusia dilahirkan. Hidayah ini bersifat bawaan (potensi naluria/insting).
Contoh:
- Allah SWT memberikan Hidayah kepada bayi yang baru lahir bahwa ia akan menangis jika lapar dan ketika disodorkan persusuan ibunya tanpa kita ajari sang bayi akan menyusu sendiri.
- Pada bintang-bintang Allah SWT memberi hidayah untuk melakukan perjalanan diatas manzilah-manzilahnya (orbitnya) sehingga kita dapati tata surya ini begitu harmonisnya beredar pada orbitnya masing-masing tidak terjadi tabrakan kecuali Allah memerintahkannya kelak.
- Pada pepohonan Allah SWT memberikan hidayah untuk tumbuh keatas mengikuti cahaya, pada air Allah SWT memberikan hidayah untuk mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

1.2 Hidayatul Hawas wal Masya’ir
adalah kemampuan inderawi seperti kemampuan merasakan manis, pahit, panas, dingin, terkena api itu terasa panas, es terasa dingin dll.

Hidayatul ‘Amm ini sering juga kita sebut dengan Sunnatullah.


2.HIDAYATUL MUKHOSH-SHOH ( HIDAYAH KHUSUS )
Hidayah ini tidak diberikan Allah kepada makhluk kecuali dari bangsa Jin dan Manusia. Karena Jin dan Manusia inilah yang diwajibkan beribadah kepada-Nya. Firman Allah Surah Adz Dzariyat: 56.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hidayah khusus ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1.Hidayatul Irsyady atau Hidayatul ‘Aqly
2.Hidayatud Dien
3.Hidayatut Taufiq

2.1 Hidayatul Irsyady atau Hidayatul ‘Aqly
yaitu kemampuan berpikir, kemampuan untuk memahami fenomena, memberikan persepsi, memberikan makna pada realita yang tertangkap oleh indera. (QS. Yunus:100-101)
Artinya :
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".


Kemudian surah Al Mulk ayat 22 – 23, Al Ankabut ayat 20, dan masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang hidayah atau petunjuk Allah yang dikarunakan melalui akal manusia.

2.2 Hidayatud Dien
yaitu berupa petunjuk2 ajaran agama, fungsinya untuk membantu keterbatasan akal. Agama berfungsi memberikan arahan-arahan yang mampu melampaui keterbatasan akal manusia (QS. Al-Lail, :12).

"Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk",

Hidayah Ad Dien atau agama ini termaktub dalam kitab Suci Al Qur’an dan Sunnah Rasuulullah SAW. Hidayah agama ini dapat dipelajari oleh siapapun, baik muslim maupun non muslim melalui proses belajar atau kajian melalui akal dan alat indera yang telah dikaruniakan Allah SWT. Allah SWT akan memberikan hidayah kepada semua manusia yang mau mempelajari ajaran-ajaran-Nya yang termaktub dalam kitab suci-Nya. Karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa saya belum mendapat hidayah, padahal Allah SWT telah menyediakan hidayah itu dalam kitab suci-Nya.

2.3 Hidayatut Taufiq
yaitu suatu kekuatan yang Allah SWT karuniakan pada manusia untuk mengamalkan dengan sungguh-sungguh apa yang telah diketahuinya. Dengan kata lain, hidayah taufiq adalah hidayah Irsyady dan hidayah ad Dien yang kita amalkan.

UPAYA MERAIH HIDAYAH TAUFIQ
Hidayah Irsyady dan Hidayah Ad Diin bisa diraih melalui proses mengasah otak atau belajar. Lalu bagaimana upaya kita untuk meraih hidayah taufiq?

1.Berdoa dengan sungguh-sungguh
Allah berfirman Surat Al Baqarah : 186

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Juga dalam surah Al Ankabut : 69
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk menuju kepada Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Hadits Rasulullah SAW:
“Barangsiapa tidak (pernah) berdo'a kepada Allah maka Allah murka kepadanya.” (HR. Ahmad)

“Do'a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi”. (HR. Abu Ya'la)

“Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah 'Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do'amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do'a orang yang hatinya lalai dan lengah.” (HR. Ahmad)

Tentang keutamamaan doa dan adabnya dapat kita bahas di lain kesempatan.

2.Riyadhah Ruhiyah atau Tazkiyatun Nufus, pembersihan jiwa, yaitu melatih hati atau jiwa untuk senantiasa bersih dari apapun kecuali Allah semata(Lillah – Billah). Bentuk latihan pembersihan jiwa ini bisa dengan melaksanakan puasa-puasa sunnah, membaca, memahami makna Al Qur’an dan berusaha sekuat tenaga mengamalkannya, qiyamul lail, wirid/dzikir kalimah Laa ilaaha illallah atau Asma-asma Allah, memperbanyak Sholawat dan sebagainya sehingga hati menjadi taqarrub (dekat) kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Firman Allah Surah Asy Syamsi: 9-10

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Firman Allah Surat Al Bayinah : 4

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[2], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

[2] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.


3.Memakmurkan Masjid atau Musholla
Bukan sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yang terpancar dari masjid.

"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS At-Taubah: 18).

Masjid adalah pancaran nur Ilahi. Allah adalah sumber dan pemberi cahaya. Suatu bahan yang terlihat mengilap atau kusam bergantung pada sifat dan posisi bahan itu apakah dia memantulkan, menyerap cahaya atau tidak. Cahaya dapat berbelok, dapat memantul.
Hidayah juga demikian. Jika hati tertutup, cahaya atau hidayah Allah tidak akan masuk. Karena itu, bukalah pintu hati dan pikiran kita untuk meraih hidayah Allah.

Firman Allah Surah An Nuur: 35

“Allah (Pemberi) caha pada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Lentera itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat-(nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. An Nuur: 35)

Gunakanlah hati, pikiran, dan seluruh pancaindera, agar api dan cahaya itu tidak padam. Dan dari masjid atau musholla, majlis-majlis ta’lim kiranya hal tersebut bisa kita dapatkan. Sebab, orang yang memakmurkan masjid atau musholla, dan majlis-majlis ta'lim berarti telah memancarkan cahaya Ilahi. Dan siapa yang berada di jalan cahaya Ilahi, niscaya dia akan selalu diterangi. Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan limpahan hidayah Allah karena aktivitas kita selalu terpaut ke masjid dan majlis ta'lim.

4.Memilih lingkungan atau pergaulan yang baik dan tepat.
Hal ini telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)

Firman Allah Surah Al-Kahfi: 28.
"Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."

Teman yang baik adalah teman yang selalu mengingatkan kita kepada kebenaran, mengajak yang ma’ruf dan menjahui yang munkar. Dan hati yang baik adalah hati yang mampu beradaptasi dengan situasi apapun, yaitu hati yang senantiasa thawaf ke hadirat Allah SWT. Oleh karena itu segeralah melatih hati kita untuk berkumpul dengan orang-orang baik, pergaulan yang baik dan media yang baik. Sebab untuk menjadi jelek itu lebih gampang dari pada menjadi baik. Sesuai kata pepatah; sebab nila setitik rusak susu sebelanga.

Bagi saudara-saudaraku yang telah mengamalkan Sholawat Wahidiyah, insya Allah kita semua dalam rangka meraih hidayah taufiq Allah SWT. Karena dengan mengamalkan Sholawat Wahidiyah berarti kita diajak untuk bersungguh-sungguh memohon hidayah Allah SWT, yang biasa disebut dengan mujahadah. Di sana pula kita dilatih untuk memurnikan hati kita dari apa pun kecuali Allah SWT dengan menerapkan LILLAH-BILLAH. Juga kita diajak untuk mengadakan majlis ta’lim sekaligus berdoa/mujahdah paling tidak satu minggu satu kali yang disebut dengan Mujahadah ‘Usbu’iyyah. Kemudian Mujahadah Syahriah (setiap bulan), Mujahdah Rubu’ussanah (tiga bulan sekali), Mujahadah Nisfusanah (enam bulan sekali) dan Mujahadah Kubro (diadakan satu tahun 2 kali di Ponpes Kedunglo-Kediri, pertama pada bulan Muharam dalam rangka memperingati lahirnya Sholawat Wahidiyah dan Haul Mbah KH. Moh. Ma’roef QS wa RA, Pendiri Ponpes Kedunglo; dan yang kedua pada bulan Rajab, memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan Haul Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef, mualif Sholawat Wahidiyah). Di situlah kita selalu berkumpul dan berteman bahkan bersaudara dalam wadah yang berisi orang-orang yang selalu berusaha untuk membersihkan hati dari apapun kecuali Allah SWT. Maka dengan selalu mengikuti petunjuk-petunjuk Yayasan Perjuangan Wahidiyah Pusat dan Ponpes Kedunglo-Kediri, kita yaqin akan meraih semua hidayah Allah SWT. Amiin.. Yaa Robbal ‘alamiin…

Bagi yang belum, saya anjurkan untuk mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Informasi lengkap dapat menghubungi Yayasan Perjuangan Wahidiyah Pusat dan Ponpes Kedunglo, Kediri, Jawa Timur, Indonesia. Telp. (0354) 771018, 774511 Fax. (0354) 772179.

Segala kekurangan atau salah tulisan mohon maaf dan semoga kita semua senantiasa mendapatkan hidayah Allah SWT. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar