LARILAH KEMBALI KEPADA ALLAH

Larilah Kembali Kepada Allah photo faringfirrugraveigravelaringllaringh_zpsb9f801c3.gif
Bacalah Selalu Lisan Maupun dalam Hati "YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH"

Jumat, 31 Desember 2010

MERAYAKAN TAHUN BARU MASEHI

Ada sekian banyak pendapat yang berbeda tentang hukum merayakan tahun baru masehi. Sebagian mengharamkan dan sebagian lainnya membolehkannya dengan syarat.

1. Pendapat yang Mengharamkan

Mereka yang mengharamkan perayaan malam tahun baru masehi, berhujjah dengan beberapa argumen.

a. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang Kafir

Bahwa perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya.

Selasa, 14 Desember 2010

KEUTAMAAN SHALAWAT ATAS RASUULILLAAHI SAW


بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam, sholawat dan salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Sesungguhnya Allah dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus nabi-Nya Muhammad dan telah memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk menyampaikan risalah. Ia telah menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Maka seorang hamba harus taat kepadanya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya. Dan di antara hak-haknya adalah Allah mengkhususkan baginya sholawat dan memerintahkan kita untuk itu di dalam kitab-Nya yang agung (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya yang mulia (Hadits). Di mana orang yang yang bersholawat untuknya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.

Senin, 06 Desember 2010

BULAN MUHARRAM

Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal tahun hijriyah dimulai dari hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya.

Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram
Dalam agama ini, bulan Muharram (dikenal oleh orang Jawa dengan bulan Suro), merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Rabu, 01 Desember 2010

ULUL ALBAB



“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.3:190-191)

Jumat, 19 November 2010

BUNDA...!!!! TOLONG MANDIKAN AKU SEKALI SAJA...!!!!


Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not to be the best?,'' begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya.

Kamis, 04 November 2010

KEKUATAN AIR MATA

Saudara/Saudariku tercinta…
saya punya cerita menarik dan layak untuk kita jadikan sentuhan hati kita. Cerita ini saya dapatkan dari seorang teman yang sekarang sedang belajar di Al-Azar Univeristy Cairo, Mesir.
Selamat menghayati….

Ia hadir hampir dalam setiap denyut nadi gerakan dan aktivitas mahasiswa. Penampilannya sederhana. Sikapnya santun. Mudah tersenyum. Suka menyapa, perhatian, dan ringan tangan. Saya baru mengenalnya ketika mengikuti sebuah acara seminar. Ia tampil sebagai pemateri. Air mukanya yang jernih dan tenang telah mampu menarik perhatian setiap pendengar. Untaian kata-katanya yang lembut, jelas dan tepat semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi semua orang. Kata-katanya penuh ilmu dan hikmah. Bahkan candanya sekalipun tak kosong dari ilmu dan hikmah. Sehingga kesempatan bisa duduk dan ngobrol dengannya menjadi kesenangan tersendiri bagi saya.

Rabu, 06 Oktober 2010

HIKMAH ADANYA SYETAN SEBAGAI MUSUH KITA

*) Silaturrahim Maya menganjurkan: hendaknya sebelum membaca dengan lengkap tulisan ini, terlebih dahulu hadiah surah Al Fatihah 3x kepada Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Semoga kita semua mendapat sinar nadhrah Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Amiin...


“Ja’alahu laka ‘aduwwan liyahuusyaka bihi ilaihi”

“Sengaja Allah menjadikan syetan supaya jadi musuhmu,
Supaya engkau jemu dengan syetan dan berlindung kepada Allah”



Dados Allah niku menciptakan syaithon supaya jadi musuhnya kita manusia. Atau menungso kuwi dike’i musuh kang aran syaithon. Sesuai firman Alalh dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu)” (QS. Fathir: 6).

Supaya apa manusia kok diberi musuh kang aran syetan? Supaya setan ini menggiring kita untuk mendekat kepada Allah. Kita diberi musuh yaitu syetan, supaya dengan adanya musuh itu kita lari kepada Allah. Mengapa demikian?

“Li-annaka idzaa ‘arafta annahu laa thaaqata laka ‘alaa maqaabalatihi binafsika”

Karena ketika kita mengetahui, atau menungso ngaweruhi yen awak-e dewe kuwi ora mampu melawan syetan.

Kamis, 26 Agustus 2010

QIRA'AH, TILAWAH, TADARUS DAN TADABBUR

Generasi terdahulu umat Islam dari kalangan Sahabat dan Tabi’in selalu berkumpul untuk tilawah dan saling menyimak Al-Qur’an dalam rangka menata hati dan mensucikan jiwa mereka. Rumah-rumah mereka, khususnya di bulan Ramadhan, berdengung tak ubahnya lebah-lebah, terpancari sinar, bertabur kebahagiaan. Mereka membaca Al-Qur’an dengan tartil, berhenti sejenak pada ayat-ayat yang membuat mereka ta’jub, menangis di kala mendengar keindahan nasehat-nasehatNya, gembira dengan kabar kebahagiaan. Mereka mentaati perintahNya sebagaimana menjauhi laranganNya.

Rabu, 11 Agustus 2010

FADHILAH RAMADHAN

Rasulullah saw bersabda: "Di bulan Ramadhan ada lima hal yang diberikan kepada ummatku dan tidak diberikan kepada ummat para nabi sebelumku: pertama, setiap memasuki malam di bulan Ramadhan Allah swt memandang mereka dan setiap orang yang dipandang oleh Allah ia tidak akan diazab oleh-Nya; kedua, ketika memasuki sore hari bahu mulut mereka lebih harum dari kasturi di sisi Allah; ketiga, para malaikat memohonkan ampunan untuk mereka setiap hari dan malam; keempat, Allah Azza wa Jalla berfirman kepada surga-Nya: berhiaslah dan persiapkan kamu untuk peristirahatan hamba-hamba-Ku dari kelelahan dan penderitaan dunia, agar mereka berada di rumah kemulian-Ku; kelima, pada akhir malam bulan Ramadhan Allah Azza wa Jalla mengampuni semua dosa-dosa mereka." Kemudian seorang sahabat bertanya: Apakah ma-lam itu malam Al-Qadar? Beliau menjawab: "Bukan, tidakkah kamu melihat betapa besar pahala orang-orang yang beramal baik." (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 91)

Kamis, 05 Agustus 2010

KHUTHBAH RASUULULLAH SAW MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.

Senin, 02 Agustus 2010

Sedekah adalah Penolak Bala' (Celaka), Penyubur Pahala dan Pelipat Ganda Rizki

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Muyang lebih kuat dari pada gunung?”

Kamis, 29 Juli 2010

GHIBAH MENDEKATKAN FITNAH

Ghibah adalah menceritakan saudara kita dengan sesuatu yang tidak disukainya. Kalau kita menceritakan yang tidak sebenarnya, maka itu adalah fitnah. Baik ghibah ataupun fitnah, keduanya sama-sama haram.

Apa yang masuk dalam kategori ghibah dan fitnah?

Sebagai contoh: Misalnya ketika kita melihat ada satu peristiwa yang tidak enak pada diri teman kita. Sebagai contoh, teman kita itu tanpa sengaja bertengkar dengan suaminya atau orang tuanya di depan kita. Bagi dia, itu peristiwa yang tidak dia sukai atau memalukan. Tetapi kemudian kita ceritakan kepada orang lain dan akhirnya peristiwa itu tersebarluas.

Selasa, 20 Juli 2010

SANG PECINTA SEJATI (Detik-detik Wafatnya Rasuulullah SAW)

“Wahai Umar, demi Dzat yang diriku berada dalam genggaman-Nya, engkau belum beriman sepenuhnya sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”

Angin kota Madinah yang menyebarkan hawa dingin tetapi kering dan garang terasa menusuk hingga ke tulang. Matahari sejengkal demi sejengkal makin meninggi. Sementara dengan segala perang perasaan, malakul maut mulai mencabut nyawa Nabi SAW dari kepala.
Nabi SAW merasakan sakit tatkala nyawa Beliau sampai ke pusat. Dahi dan sekujur wajahnya yang mulia bersimbah peluh. Urat-uratnya menegang dari detik ke detik. Sambil menggigit bibir, Nabi SAW berpaling kepada Malaikat Jibril. Matanya basah, cahayanya makin meredup.

Jumat, 16 Juli 2010

FILOSOFI DAN JATI DIRI PERJUANGAN WAHIDIYAH

Perjuangan Islam merupakan perjuangan yang utuh, memperjuangkan kesejahteraan lahir dan batin, kesejahteraan dunia dan akhirat, kesejahteraan fisik dan jiwa, sehingga Islam merupakan satu kesatuan konkrit yang multi komplek.
Dengan keberadaannya itu Islam mampu menjawab segala aspek kebutuhan hidup, hajat hidup manusia lahir dan batin, sehingga Islam saat itu mampu mengangkat derajat dan martabat manusia jahiliyah menjadi manusia ilmiyah, manusia yang terisolasi menajdi manusia yang tampil dalam peradaban dunia. Dan tidak ada suatu kehidupan pun yang tidak diangkat oleh Islam. Di bidang Iman, Islam dah Ihsan, baik di bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya, teknologi dan semuanya. Pun pula kehidupan secara pribadi ataupun kehidupan secara sosial. Islam berubah menjadi suatu kekuatan super power pada saat itu.

Kamis, 15 Juli 2010

MENGAPA DO'A KITA TAK TERJAWAB?

Pada suatu hari Ali binAbi Thalib ra., berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika Beliau hendak mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah sambil berkata, “Ya Amirul Mu’minin, mengapa do’a kami tidak diijabah? Padahal Allah berfirman dalam Al Qur’an, “Ud’uuni astajiblakum” (berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu).
Ali menjawab, “Sesungguhnya hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan delapan hal, yaitu :
1. Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak ada mamfaatnya keimananmu itu.
2. Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu?
3. Engkau membaca Al Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.
4. Engkau berkata, “Sami’na wa aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-ayatnya.

Selasa, 15 Juni 2010

Jihad Memerangi Hawa Nafsu atau Karena Nafsu?

أَعُوْذُ بِاللِه مِنَ الشََّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ


“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah (9): 41)

“Sesungguhnya jihad adalah salah satu dari pintu-pintu surga yang mana Allah telah membukakannya secara khusus kepada para kekasih-Nya (awliya’ihi), dan dia itulah yang disebut sebagai libasut taqwa (pakaian takwa), dan baju besi Allah yang kokoh, dan perisai-Nya yang kuat” (Imam Ali KW wa RA, Nahjul Balaghah)

Rabu, 09 Juni 2010

Inkar Janji; Watak Sebagian Besar Kaum Yahudi


أَعُوْذُ بِاللِه مِنَ الشََّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُواْ بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
وَآمِنُواْ بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُونُواْ أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ


"Hai Bani Israil*), ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku**), niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). Dan berimanlah kamu kepada apa yang Telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan Hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. (Al Baqarah:40-41

*)Israil adalah sebutan bagi nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.
**)Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya nabi Muhammad SAW sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.

Selasa, 01 Juni 2010

TAUFIQ - HIDAYAH

“Hidayah” jika ditinjau dari segi bahasa, berasal dari kata Al-Haadiy, yang artinya petunjuk jalan, atau terjemahan bebasnya adalah petunjuk kepada jalan yang benar.
Hidayah, dalam arti petunjuk. Bisa dilihat pada tafsir Surah Al Fatihah : 6

“Ihdinash shiraathal mustaqiim”

Artinya: “Tunjukilah[1] kami jalan yang lurus,

[1] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufiq.

"Ihdi": Pimpinlah, tunjukilah, berilah hidayah
Arti "hidayah" ialah: Menunjukkan sesuatu jalan atau cara menyampaikan orang kepada orang yang ditujunya dengan baik.

Jumat, 21 Mei 2010

RASULULLAH SAW SEBAGAI SAKSI

Allah SWT berfirman:

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu”. (QS. al-Baqoroh; 2/143)

Firman Allah: syuhadaa-a 'alan naas sebagai saksi untuk manusia, maksudnya; Rasulullah SAW dan sebagian umatnya akan menjadi saksi di akherat kelak untuk manusia, juga untuk para Nabi terdahulu dan umatnya. Hal tersebut dinyatakan oleh sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhori RA dari Abi Said al-Khudri RA Rasulullah SAW bersabda:

“Nabi Nuh AS dipanggil menghadap dan Allah swt. bertanya: “Adakah sudah engkau sampaikan?”, Beliau menjawab: “Benar”. Maka Allah swt. bertanya kepada umatnya: “Apakah sudah sampai kepadamu?”, mereka menjawab: “Tidak ada satu peringatanpun yang datang”. Allah Ta’ala bertanya lagi: “Apakah engkau mempunyai saksi ?”, maka mereka menjawab: “Muhammad dan umatnya”. Kemudian Nabi SAW dan umatnya bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Nuh AS sudah menyampaikan. Dan jadilah Rasul menyaksikan kepada kalian.

Selasa, 04 Mei 2010

MENGAPA MANUSIA DIHIDUPKAN?


Seorang sahabat bertanya:
"Dilema Hidup, coba renungkan! Kenapa kita dihidupkan? Kita langsung dihidupkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tanpa sadar kita telah menerima tanpa pilihan yang lain. Kalau kita berbuat baik dan akan masuk surga (di sana kita akan merasakan kebahagiaan). Kalau kita berbuat buruk, akan dimasukan ke neraka (di sana kita akan merasa kepedihan). Saya bingung.. Kenapa Tuhan tidak memberi kita pilihan untuk tidak hidup? Jadi kita tidak perlu tahu apa itu kebahagian & kepedihan (Netral). Kita langsung dihidupkan, dan kalau sudah hidup harus pilih jalan baik atau jalan benar. Kenapa ya Tuhan langsung menghidupkan manusia? Sejujurnya kalau saya dikasih pilihan seperti itu, saya lebih baik milih menjadi "kosong" (tidak hidup). Karena sekarang saya tidak tahu akan masuk surga atau neraka. Akan melakukan hal baik agak susah, sering nya melakukan hal buruk. Jadi, kenapa sih kita langsung terjebak dalam dilema ini?"

Mengomentari pertanyaan sahabat kita di atas, maka kita sadar bahwa sebagai makhluk yang diberi akal tentu sempat bertanya seperti halnya sahabat kita tersebut. Memang seakan bernada protes kepada Tuhan (Allah SWT). Tapi hal tersebut adalah suatu kewajaran sebagai manusia yang dikaruniai akal dan perasaan (hati). Karena manusia diciptakan oleh Allah SWT, maka tentu jawaban tersebut ada pada-Nya (melalui petunjuk-Nya: Al Qur’an dan As Sunah)
Pertanyaan-pertanyan di atas pun pernah dilontarkan oleh para Malaikat Allah sebelum kita diciptakan.
''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui'' (Al-Baqarah:30)
Dari ayat di atas, jelas dan langsung dijawab oleh Allah SWT secara absolut, karena memang Allah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui apa pun yang akan terjadi sebelum dan sesudahnya.
Ibnu Jarir berkata, ''Sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya malaikat mengatakan hal seperti itu, karena Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu setelah diberitahukan kepada mereka bahwa khalifah itu terdiri atas keturunan Adam. Mereka berkata, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya?'' Sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa di antara keturunan Adam itu ada yang melakukan kerusakan. Pertanyaan itu bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman sebagai jawaban atas mereka, Allah berkata, ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,'' yakni Aku mengetahui kemaslahatan yang baik dalam penciptaan spesies yang suka melakukan kerusakan seperti yang kamu sebutkan, dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan di antara mereka para nabi, rasul, orang-prang saleh, dan para wali.
Jadi fungsi manusia pertama diciptakan di muka bumi adalah sebagai khalifah di bumi. Hal tersebut bukan berarti Allah membutuhkan bantuan manusia untuk mengatur urusan di bumi, akan tetapi justru kasih sayang-Nya-lah dan menunjukkan keagungan-Nya-lah manusia diciptakan dan atas irodah-Nya pula manusia dianugerahi mengurus bumi. Tentu karena irodah-Nya, maka dalam mengurus bumi ini harus sesuai dengan petunjuk dan sifat-sifat-Nya.
Kemudian Allah swt berfirman dalam Surah Adz Dzariat : 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.”
Imam Ali bin Abi Thalib KW wa RA berkata–berkenaan dengan ayat tersebut (Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia) melainkan agar Aku (Allah) memerintahkan mereka untuk menyembah-KU dan mengajak mereka untuk beribadah kepada-KU
Dari buku yang berjudul: Fathul Majid-penjelasan kitab tauhid (membersihkan Akidah dari racun syirik) oleh Syaikh Abdurrahman Al Hasan yang telah diteliti oleh Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin Baaz, Syaik Abudurrahman Al Hasan menjelaskan bahwa makna ibadah adalah taat kepada Allah dengan menjalankan apa yang telah diperintah-Nya melalui lisan dan perbuatan para Rasul.
Beliau berkata lagi, “Ibadah adalah hal yang mencangkup segala perkataan dan perbuatan, baik yang dhahir maupun yang batin yang dicintai dan di ridhoi oleh Allah SWT.”
Imam Al Qurthubi berkata, “Asal makna ibadah adalah merendahkan diri dan tunduk. Setiap tugas-tugas (amar /perintah) Allah yang dibebankan atas manusia dinamakan ibadah, karena mereka melakukan hal itu secara konsisten dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah Ta’ala. Inilah hikmah diciptakan semua makhluq”.
Ibnu Taimiyah, dalam kitab al-‘Ubudiyah :4, “Ibadah adalah segenap aktifitas kehidupan yang yang dilakukan (dengan cara dan tujuan) yang diredhai Allah, baik perkataan maupun perbuatan, baik lahir maupun bathin.
Shahabat Ibnu Abbas Radliyallohu ‘anhuma seorang mufassir Al Qur’an yang terkenal sejak zaman Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam, menafsirkan kalimat “Liya’buduuni” dalam ayat tersebut dengan “Liya’rifuuni”. Artinya agar supaya jin dan manusia ma’rifat, mengenal atau sadar kepada-KU (ALLOH). Menurut Syekh Al-Kalabi disebutkan dalam Tafsir Al-Qurthubi, “Liya’buduni” ditafsiri “Liyuwahhiduuni”. Artinya agar men-tauhid-kan (memahaesakan)_AKU. Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin) menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk ma’rifat atau mengenal Allah SWT Tuhan yang Maha Pencipta (Buku Kuliah Wahidiyah, Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo – Kediri, hal.92, 1 Muharram 1425 H).
Masih dalam buku Kuliah Wahidiyah, hal. 93-94, Al Mukarrom Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef QS wa Ra, Mualif Sholawat Wahidiyah memberikan bimbingan praktis dalam pelaksanaan niat beribadah sebagai realisasi dari “liya’buduuni” tersebut, yaitu dengan melatih dan membiasakan dalam hati mengetrapkan “LILLAH”. Artinya (dapat diringkas) segala amal perbuatan lahir maupun batin yang tidak melanggar syari’at hendaknya diniatkan dalam hati melaksankan perintah Allah (Ikhlas).
Jadi jawaban beriktunya, bahwa kita dihidupkan atau diciptakan di dunia ini tidak untuk apa-apa kecuali hanya untuk “liyabuduuni” mengabdi kepada Sang Pencipta (Allah swt). Dalam merealisasikan perintah Allah (ibadah) atau agar segala perbuatan kita baik lahir maupun batin yang kelihatan maupun tersembunyi dapat bernilai ibadah, maka harus ada kesadaran bahwa perbuatan, gerak-gerik, bahkan diam (lahir maupun batin) yang tidak melanggar syara’ diniatkan melaksankan perintah Allah atau mengabdi kepada Allah swt.
Tentang penempatan manusia nantinya akan dimasukkan dalam surga atau neraka Allah swt, itu pun juga hak priogratif Allah swt. Yang jelas kita dihidupkan atau diciptakan di dunia adalah hanya untuk beribadah, lain tidak. Namun kita juga yaqin bahwa janji Allah swt di dalam Al Qur’an adalah benar dan tidak sedikitpun Allah swt mencederainya. Bagi merka yang beramal shaleh disertai keimanan yang utuh, Allah swt menjanjikan tempat yang mulia baik di dunia maupun akhirat. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut, di antaranya adalah:
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Al-Hajj:14).
Allah swt memberikan kriteria bagi manuasia yang akan dimasukan dalam surga-Nya.
“Wahai jiwa-jiwa yang muthmaninnah. Kembalilah kepada Tuhanmu (Allah) dengan ridla dan diridlai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu. Dan masuklah dalam surgaKu.”(Q.S. Al Fajr : 27-30)
Kata nafs pada akhir surah ini bisa diterjemahkan dengan jiwa, nafs muthmainah berarti jiwa yang tenang. Kata radhiyah berarti ridho atau senang atau rela, selanjutnya yang istimewa adalah ahli surga tersebut -mardhiyyah yang berarti diridhoi (oleh Allah).
Hanya jiwa-jiwa yang muthmainnah-lah yang dipanggil Allah swt. Yaitu jiwa yang senantiasa kembali kepada Tuhannya (Fafirruu Ilallah). Jika jiwa telah tenang (muthmainnah) tentu tiada rasa was-was dan pasti terliputi rasa ridlo dan dianugerahi ridloi Allah swt. Maka jiwa yang seperti itulah akan dimasukkan (pantas) dalam golongan hamba-hamba Allah dan barulah mereka dimasukkan dalam surga-Nya.
Catatan untuk menjadikan jiwa kita muthmainnah, diperlukan suatu proses pendekatan diri kepada Sang Maha Pencipta Jiwa, yakni Allah swt. Proses tersebut biasa kita sebut dengan mujahadah (bersungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran “FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSUULIHI SAW”,) yang kemudian berimplikasi pada ketekunan dan khusu’nya segala aspek ibadah.
Akhirnya, mari kita berdo’a: semoga Allah senantiasa menganugerahkan membukakan hati dan pikiran kita untuk dapat meraskan dan menyuskuri petunjuk-petunjuk dan kasih-sayang-Nya yang terus Ia anugerahkan kepada kita. Amiin...
Segala khilaf mohon maaf, wa jazaakumullaahu khairati wa sa’aadaatid dun-ya wal akhirah.. Amiin.