LARILAH KEMBALI KEPADA ALLAH

Larilah Kembali Kepada Allah photo faringfirrugraveigravelaringllaringh_zpsb9f801c3.gif
Bacalah Selalu Lisan Maupun dalam Hati "YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH"

Rabu, 09 Juni 2010

Inkar Janji; Watak Sebagian Besar Kaum Yahudi


أَعُوْذُ بِاللِه مِنَ الشََّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُواْ بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
وَآمِنُواْ بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُونُواْ أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ


"Hai Bani Israil*), ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku**), niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). Dan berimanlah kamu kepada apa yang Telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan Hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. (Al Baqarah:40-41

*)Israil adalah sebutan bagi nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.
**)Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya nabi Muhammad SAW sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat.


Sesungguhnya kerasulan Nabi Muhammad bin Abdillah SAW sudah dikenal dan diketahui oleh Ahlul Kitab, baik itu dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Kaum Yahudi kuno banyak mengharapkan segera turunnya Rasul teragung dan terakhir ini dengan harapan agar membebaskan mereka dari penindasan dan penghinaan berbagai bangsa. Khususnya bangsa Romawi yang menjajah negeri mereka.

Tafsir Imam Al Qurtubi mengatakan bahwa ketika kaum Yahudi di Jazirah Arab kalah dalam peperangan melawan kaum pribumi Arabia, maka mereka berdoa dengan bertawasul kepada Rasulallah SAW.

“Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dengan hak Nabi Ummi yang Engkau janjikan kepda kami untuk Engkau turunkan kepada kami di akhir zaman agar Engkau menolong kami atas mereka.”

Ketika mereka bertemu musuh dari Banu Ghatafan, mereka berdoa dengan doa ini sehingga mereka diberi kemengangan (Tafsir Qurtubi Juz II hal. 26-27).

Namun nampaknya, ketika Rasulullah SAW telah muncul, tampak tanda-tanda iri dan dengki dalam hati mereka. Mereka berfikir, mengapa Nabi yang Paling Mulia bukan lahir dari kalangan Bani Ishaq, seperti mereka? Mengapa lahir dari Bani Ismail?
Maka Allah mengingatkan kepda mereka bahwa mereka telah cukup banyak mendapatkan nikmat dari Allah. Dalam hal ini Allah berfirman:

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ

“Hai Bani Israil, ingatlah nikma-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian…”

Dengan firman ini, Allah SWT secara tersirat memerintahkan mereka agar tidak iri dan dengki terhadap nikmat yang diterima Bani Ismail dengan turunnya Nabi terakhir dari kalangan mereka. Bukankah Bani Israil (Bani Ishaq) sudah mendapatkan nikmat ayng juga agung dengan diutusnya ratusan atau bahkan ribuan Nabi dari kalangan mereka? Bukankah Bani Israil pernah dimuliakan dengan kerajaan yang besar dan hebat pada masa Nabi Dawud dan Sulaiman As? Bukankah mereka menerima 3 kitab suci yang mulia?


وَأَوْفُواْ بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

“..penuhilah janji (kalian kepada-Ku), maka akan Aku penuhi janji-Ku kepada kalian..”

Dengan firman ini, Allah SWT secara tersirat memerintahkan kepada Bani Israil agar mereka memenuhi janji-janji mereka keapda Allah SWT. Terutama yang berkaitan dengan diutusnya Rasulullah SAW. Yaitu agar mereka mengimani dan membelanya. Hal ini sebagaimana firman Allah:


وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُواْ أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُواْ وَأَنَاْ مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi (yaitu): ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya’ *). Allah berfirman: ‘Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’ mereka menjawab: ‘Kami mengakui’. Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". (Ali ‘Imran: 81)

*) para nabi berjanji kepada Allah SWT bahwa bilamana datang seorang Rasul bernama Muhammad mereka akan iman kepadanya dan menolongnya. perjanjian nabi-nabi Ini mengikat pula para ummatnya.

Ayat ini merupakan jawaban terhadap kondisi andaikata ada kaum Yahudi yang konsisten dengan beriman kepada Rasulallah SAW, pasti pengikut Yahudi akan memusuhi mereka sebagaimana terjadi pada Abudullah bin Salam. Namun Allah mengingatkan kepada orang Yahudi agat tidak takut terhadap hal tersebut. Karena hanya Allah-lah yang menentukan segalanya. Karena itu, tidak ada sesuatu yang perlu ditakutkan kecuali Allah.

وَآمِنُواْ بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُونُواْ أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ

“Dan berimanlah kamu kepada apa yang Telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan Hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.” (Al Baqarah: 41)

Ayat di atas menunjukkan beberapa hal :
Petama, bahwa Al Qur’an bukan membhongkan ktiab suci yang terdahulu. Baik itu Injil, Zabur atau Taurat. Justru Al Qur’an berkali-kali menginformasikan bahwa kitab-kitab di atas benar-benar wahyu Allah. Hanya saja, karena kemudian banyak terjadi tahrif (perubahan) dalam kitab-kitab suci di atas, maka Rasulullah SAW untuk bersikap mawquf (diam) terhadap periwayatan kaum Yahudi dan Nasrani. Tidak membenarkan dan tidak membohongkan. Kecuali jika periwayatan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam.
Misalnya riwayat Nabi Luth As berzina degnan anaknya, Nabi Dawud As memenangkan pergulatan melawan Allah SWT, dan lain-lain.

Kedua; ayat ini merupakan perintah agar kaum Yahudi menjadi pelopor keimanan kepada Kitab yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan sekalugus juga berarti perintah untuk beriman kepda Rasulullah SAW. Sebab mereka telah mengetahui kabar kenabian ini jauh sebelum umat-umat lain. Jika mereka mengingkarinya, ini sama saja dengan kepeloporan dalam pengingkaran atau kekafiran.

Ketiga; Allah SWT mengingatkan kepda kaum Yahudi dan Nasrani agar mengesampingkan kepentingan dunia dalam masalah keimanan. Sebagaimana diketahui, bahwa kaum pendeta, baik dari kalangan Yahudi atau Nasrani menikmati gelimang harta ayng dipersembahkan oleh umat kepada mereka. Sudah tentu, jika para pendeta tersebut memeluk Islam, fasilitas tersebut akan hilang dari mereka. Para pendeta harus bekerja keras sebagaimana umumnya masyarakat muslimin untuk memenuhi kehidupan mereka. Karena itulah, maka Allah berfirman:

وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ

“Janganlah kalian menjual ayat-ayat-Ku denagn harga yang murah. Maka hanya kepada-Ku-lah hendaknya kalian takut.”

Bagian ayat ini menurut sebagian ulama, juga merupakan larangan bagi komersialisasi agama. Di mana seseorang hanya mau mengajar agamajika ia dibayar dengan bayaran tertentu. Kecuali jika orang tersebut tidak meminta bayaran kemudian diberi hadiah oleh muridnya, atau kecuali jika kesibukan mengajar tersebut menyebabkan ia tidak bisa lagi mencari nafkah.

Dari aspek tasawuf, ayat-ayat di atas merupakan isyarat agar mereka yang mengenal keberadaan pembimbing ruhani (Mursyid) yang Kamil Mukamil agar segera bergabeng degnan Mursyid tersebut. Jangan sampai kedudukan di mata masyarakat, kemapanan ekonomi atau ketinggian ilmu menjadikan seseorang mengingkari kesaksian akalnya akan keberadaan Mursyid tersebut. Hingga ia kemudian akan kehilangan segala-galanya. Kehilangan cahaya ma’rifat di dunia dan kehilangan qurbah minallah (kedekatan kepada Allah) di akhirat kelak.

Semoga Allah menjadikan kita dalam golongan mereka yang mengikuti dan membela Rasulullah SAW dan para penerusnya dengan konsisten dan husnul khatimah.. (Zk)

Dikutip dari Majalah "Aham" Edisi 89/Th.X/Jumadal Ula 1431, Penerbit: Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Kediri, Jawa Timur, Tlp. (0354)771018, Fax. (0354)772179 Kode Pos 64114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar