LARILAH KEMBALI KEPADA ALLAH

Larilah Kembali Kepada Allah photo faringfirrugraveigravelaringllaringh_zpsb9f801c3.gif
Bacalah Selalu Lisan Maupun dalam Hati "YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH"

Rabu, 19 Februari 2014

KESALEHAN SOSIAL: SEDERHANA TAPI SULIT DIKERJAKAN

Ilustrasi Masjid Nabawi di Jaman Rasulullah SAW--oleh My Islam Media
Di salah satu sudut Masjid Nabawi terdapat satu ruang yang kini digunakan sebagai ruang khadimat. Dahulu di tempat itulah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam senantiasa berkumpul bermusyawarah bersama para Shahabatnya radhiallaahu 'anhum. Di sana Beliau SAW memberi taushiyyah, bermudzakarah, dan ta'lim.

Suatu ketika Rasulullah SAW memberikan taushiyyahnya, tiba-tiba Beliau SAW berkata,
"Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga."
Para Shahabat r.hum pun saling bertatapan, di sana ada Abu Bakar Ash Shiddiqradhiallaahu 'anhu, Utsman bin Affanradhiallaahu 'anhu, Umar bin Khattabradhiallaahu 'anhu, dan beberapa Shahabat lainnya.

Tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki yang sederhana. Pakaiannya sederhana, penampilannya sederhana, wajahnya masih basah dengan air wudhu. Di tangan kirinya menenteng sandalnya yang sederhana pula.

Di kesempatan lain, ketika Rasulullah SAW berkumpul dengan para Shahabatnya, Beliau SAW pun berucap,
"Sebentar lagi kalian akan melihat seorang laki-laki ahli surga."
Dan laki-laki sederhana itu datang lagi, dengan keadaan yang masih tetap sama, sederhana.
Para Shahabat yang berkumpul pun terheran-heran, siapa dengan laki-laki sederhana itu?

Bahkan hingga ketiga kalinya Rasulullah SAW mengatakan hal yang serupa.
Bahwa laki-laki sederhana itu adalah seorang ahli surga.
Seorang Shahabat, Mu'adz bin Jabbal radhiallaahu 'anhu pun merasa penasaran. Dalam hatinya berkata: amalan apa yang dimilikinya sampai-sampai Rasulullah SAW menyebutnya laki-laki ahli surga?

Maka Mu'adzradhiallaahu'anhu berusaha mencari tahu. Ia meminta izin untuk menginap beberapa malam di kediaman si laki-laki tersebut. Si laki-laki pun mengizinkan. Dan mulai saat itu Mu'adz mengamati setiap amalan laki-laki tersebut.

Malam pertama, ketika Mu'adz bangun untuk tahajud, laki-laki tersebut masih terlelap hingga datang waktu shubuh.

Ba'da shubuh, mereka bertilawah. Diamatinya bacaan laki-laki tersebut yang masih terbata-bata, dan tidak begitu fasih.

Ketika masuk waktu dhuha, Mu'adz bergegas menunaikan shalat dhuha, sementara laki-laki itu tidak.

Keesokkannya, Mu'adz kembali mengamati amalan laki-laki tersebut.
Malam tanpa tahajjud, bacaan tilawah terbata-bata dan tidak begitu fasih, serta di pagi harinya tidak shalat dhuha.

Begitu pun di hari ketiga, amalan laki-laki itu masih tetap sama.
Bahkan di hari itu Mu'adz shaum sunnah, sedangkan laki-laki itu tidak shaum sunnah.

Mu'adz pun semakin heran dengan ucapan Rasulullah SAW. Tidak ada yang istimewa dari amalan laki-laki itu, tetapi Beliau SAW menyebutnya sebagai laki-laki ahli surga. Hingga Mu'adz pun langsung mengungkapkan keheranannya pada laki-laki itu.

"Wahai Saudaraku, sesungguhnya Rasulullah SAW menyebut-nyebut engkau sebagai laki-laki ahli surga. Tetapi setelah aku amati, tidak ada amalan istimewa yang engkau amalkan. Engkau tidak tahajjud, bacaanmu pun tidak begitu fasih, pagi hari pun kau lalui tanpa shalat dhuha, bahkan shaum sunnah pun tidak. Lalu amal apa yang engkau miliki sehingga Rasulullah SAW menyebutmu sebagai ahli surga?"

"Saudaraku, aku memang belum mampu tahajjud. Bacaanku pun tidak fasih. Aku juga belum mampu shalat dhuha. Dan aku pun belum mampu untuk shaum sunnah. Tetapi ketahuilah, sudah beberapa minggu ini aku berusaha untuk menjaga tiga amalan yang baru mampu aku amalkan."

"Amalan apakah itu?"

"Pertama, aku berusaha untuk tidak menyakiti orang lain. Sekecil apapun, aku berusaha untuk tidak menyinggung perasaan orang lain. Baik itu kepada ibu bapakku, istri dan anak-anakku, kerabatku, tetanggaku, dan semua orang yang hidup di sekelilingku. Aku tak ingin mereka tersakiti atau bahkan tersinggung oleh ucapan dan perbuatanku."

"Subhanallah...kemudian apa?"

"Yang kedua, aku berusaha untuk tidak marah dan memaafkan. Karena yang aku tahu bahwa Rasullullah SAW tidak suka marah dan mudah memaafkan."

"Subhanallah...lalu kemudian?"

"Dan yang terakhir, aku berusaha untuk menjaga tali shilaturrahim. Menjalin hubungan baik dengan siapapun. Dan menyambungkan kembali tali shilaturrahim yang terputus."

"Demi Allah...engkau benar-benar ahli surga. Ketiga amalan yang engkau sebut itulah amalan yang paling sulit aku amalkan."

(HR. Abu Daud, Ibnu Majjah)

Wallahu a'lam bishshawwaab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar