LARILAH KEMBALI KEPADA ALLAH

Larilah Kembali Kepada Allah photo faringfirrugraveigravelaringllaringh_zpsb9f801c3.gif
Bacalah Selalu Lisan Maupun dalam Hati "YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH"

Kamis, 26 Mei 2011

MUHASABAH BESERTA MUJAHADAH


Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang bersumber dari seorang shahabat yang bernama Hanzholah Al-Usaiydi radhiyallahu ‘anhu, dia adalah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau (Hanzholah) berkata, “Abu Bakar datang menemuiku, lalu bertanya, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzholah?”
Dia (Hanzholah ) berkata, “Saya mengatakan, “Hanzholah telah “munafik”.
Abu Bakar berkata, “Subhanallah! Apa yang engkau ucapkan (wahai Hanzholah)?”
Dia (Hanzholah) berkata, “Saya mengatakan, “Ketika kita bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka, maka seolah-olah kita melihatnya, namun tatkala kita keluar dari majlisnya, berkumpul dengan isteri-isteri dan anak-anak kita, serta disibukkan dengan hal-hal lainnya, maka kita lupa banyak hal.” (Lupa surga, lupa neraka, lupa mengingat Allah).
Abu Bakar berkata, “Demi Allah kami juga mengalami hal yang sama seperti itu.”
Maka saya dan Abu Bakar keluar untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu saya berkata, “Wahai Rasulullah, Hanzholah telah “munafik”!
(Mendengar hal itu) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, (terhenyak) berkata, “Ada apa?”
Saya pun mengatakan, “Wahai Rasulullah, tatkala kami ada bersamamu, engkau mengingatkan kami tentang surga dan neraka, maka seolah-olah kami melihatnya, namun tatkala kami keluar dari majlismu, berkumpul dengan isteri-isteri dan anak-anak kami serta disibukkan dengan hal-hal lainnya, maka kami lupa banyak hal.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika kalian senantiasa dalam kondisi seperti berada di sisiku yaitu selalu berzikir (ingat Allah), maka sungguh para malaikat menyalami kalian, walau kalian berada di atas alas tidur (berada di rumah), atau sedang berada di jalan-jalan (berada di luar rumah) Akan tetapi wahai Hanzholah, sesaat dan sesaat, beliau mengulangi tiga kali.

Hikmah yang terkandung dalam hadits yang mulia di atas ada beberapa hal:

1. Penjelasan tentang keutamaan salah seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernama: Hanzholah Al-Usaiydi radhiyallahu ‘anhu.

2. Di antara keutamaannya adalah beliau sangat khawatir jatuh pada perbuatan dosa-dosa yang dalam hadits ini dia khawatir terjerumus kepada perbuatan munafik, dan di antara contoh kemunafikan: bicara dusta, tidak tepat janji, tidak amanah, tidak konsisten, tidak sejalan antara ucapan dan perbuatan, dan lain-lainnya.

3. Diperbolehkannya seseorang untuk mencela, memecut, dan meng-hukum dirinya sendiri karena melakukan suatu perbuatan khilaf, agar kekurangan dirinya sendiri bisa segera dia perbaiki, sebagaimana Hanzholah radhiyallahu ‘anhu menyebut dirinya seorang munafik, tatkala dia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya, sedangkan dia sangatlah jauh dari sifat kemunafikan. Mencela diri sendiri sangat dianjurkan agar diri kita semakin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala.

Celalah diri kita, mengapa tidak bisa khusyu' dalam sholat, sedangkan Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya.

Celalah diri kita, mengapa tidak takut kepada neraka, sedangkan Al-Qur`an menuturkan (arti: takutlah kalian kepada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir)

Celalah diri kita, mengapa tidak tamak kepada akhirat dan surga, sedangkan Al-Qur`an mengingatkan kita, artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada-mu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagai-mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguh-nya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Celalah diri kita, mengapa justru tamak kepada dunia yang akan menyengsarakan kita.

Celalah diri kita, mengapa tidak bisa menangisi dosa-dosa dan perbuatan maksiat yang kita lakukan. Muadz Bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah apa itu keselamatan?” Beliau menjawab, “Kesalamatan ada pada tiga hal: Pertama: tahan/jagalah lisanmu; Kedua: betahlah engkau di rumah; Ketiga: tangisilah kesalahanmu.”

Celalah diri kita, mengapa hati kita sulit sekali untuk ingat dan sadar kepada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan Allah subhanahu wata’ala akan mengingat kita, tatkala kita ingat kepada-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Ingatlah kalian kepada-Ku maka Aku akan ingat kepada kalian.

Celalah kepada diri kita, mengapa cinta kita kepada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih dikalahkan dengan cinta yang lain?? Dan kenapa kita malas untuk bermujadah? Padalah Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (at-Taubah: 24)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “……dan barangsiapa yang mencintaiku pasti Allah mencintainya dan barangsiapa yang dicintai Allah niscaya Allah masukkan ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang membenci mereka berdua berarti membenciku dan barangsiapa yang membenciku pasti Allah pun membencinya, dan barangsiapa yang dibenci Allah niscaya Allah campakkan dia ke Neraka dengan wajahnya terlebih dulu!”

Celalah diri kita kenapa sedikit dan tidak bisa banyak membaca Al-Qur`an, bukankah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an karena ia akan datang pada hari Kiamat untuk memberikan syafa'at (kepada pembacanya).”

Celalah diri kita, mengapa tidak gemar berinfak dan bershadaqah, sedangkan infak dan shadaqah banyak sekali keutamaan dan keajaibannya.

Celalah diri kita, mengapa tidak terenyuh melihat penderitaan para fakir miskin. Celalah diri kita, mengapa tidak peka terhadap anak yatim yang menjadi tanggung jawab kita bersama.

Celalah diri kita, Celalah diri kita, Celalah diri kita. Dan jangan mencela orang lain, sebab orang yang suka mencari kesalahan orang lain dan kemudian dia mencelanya, maka dia adalah orang yang paling buruk akhlaknya dan orang yang paling busuk hatinya.

4. Anjuran untuk bergaul dengan orang-orang sholeh, seiman dan sekeyakinan agar terhindar dari berabagai macam fitnah dan dosa, dan sekaligus sebagai peringatan untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik, karena bisa mempengaruhi agama seseorang, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seseorang itu (terpengaruh) oleh agama temannya”.

5. Teman sejati adalah teman yang mengajak ke jalan Allah subhanahu wata’ala, yang menghibur kita tatkala sedih, yang menolong kita tatkala kesulitan dan yang mengingatkan kita tatkala lalai, yang meluruskan jalan kita tatkala menyimpang.

6. Keutamaan mengingat ciptaan dan kekuasaan Allah subhanahu wata’ala terhadap surga dan neraka, karenanya hal itu akan menghantarkan seseorang untuk takut kepada Allah subhanahu wata’ala subhanahu wata’ala.

7. Tiada manusia yang sempurna dan tiada manusia yang maksum kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

8. Anjuran untuk saling silaturrahim agar bisa saling berbagi dan saling mengisi kekurangan.

9. Anjuran untuk selalu melakukan muhasabah terhadap diri sendiri dan mujahadah di manapun dan kapan pun.

10. Untuk menyelesaikan suatu per-masalahan yang tidak diketahui, hendaklah bertanya kepada yang ahlinya.

11. Isteri dan anak-anak terkadang menjadi sumber fitnah yang menimbulkan dosa, oleh karenanya kita berkewajiban mendidik dan membimbing mereka agar senantiasa sejalan dengan ajaran Islam, menanamkan dan menumbuhkan sikap cinta kepada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap tindakan.

12. Kekaguman para malaikat kepada orang-orang yang senantiasa sadar kepada Allah subhanahu wata’ala, karena itu, mari kita terus berikhtiar dan berdoa (mujahadah dan muhasabah) agar kita diberikan fadlol oleh Allah subhanahu wata’ala hati kita bisa ingat dan sadarlah kepada Allah subhanahu wata’ala. Juga ingatlah pesan Rasulullah, agar kita senantiasa merasa disisi (dijangkung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) maka sungguh para malaikat akan menyalami kita walau pun kita dalam keadaan tidur.

13. Dunia ini adalah permainan, senda gurau dan godaan, oleh karenanya hati-hatilah terhadap dunia yang penuh dengan cobaan ini. Kendalikan dan jadikanlah dunia ini sebagai ladang untuk menuju akhirat, yakni dengan berikhtiar lahir dan batin kita manfaatkan dunia ini untuk kembali ingat dan sadar kepada Allah subhanahu wata’ala, Fafirruu ilallah wa Rasuulihi shallallahu ‘alaihi wasallam.

14. Maka degnan demikian, bekal kita semakin meningkat. Dan sebaik-baik perbekalan adalah taqwa, karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan, “Bertaqwalah kalian di manapun kalian berada, iringilah kesalahan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan meng-hapuskan kesalahan, serta ber-akhlaklah terhadap manusia dengan akhlak yang baik."

Ashalaatu wassalaamu ‘alaika wa ‘alaika yaa sayyidii yaa Rasuulallah
Wallahu ‘alam bish showab

*)Sumber: Kitab Shohih Muslim dan disarikan dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar