LARILAH KEMBALI KEPADA ALLAH

Larilah Kembali Kepada Allah photo faringfirrugraveigravelaringllaringh_zpsb9f801c3.gif
Bacalah Selalu Lisan Maupun dalam Hati "YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH"

Jumat, 09 Maret 2012

HUSNUZHON





 
Suatu hari Rasulullah SAW mengutus Umar RA untuk menarik zakat dari para sahabat. Akan tetapi, Ibnu Jamil, Khalid bin Walid, dan Abbas yang juga paman Nabi SAW tidak menyerahkan zakatnya. Umar pun kemudian melaporkan sikap ketiga sahabat itu kepada Rasulullah.

Mendengar laporan itu, Rasulullah bersabda, ''Tiada sesuatu yang membuat Ibnu Jamil enggan untuk menyerahkan zakat kecuali dirinya fakir, kemudian Allah menjadikannya kaya. Adapun Khalid, sesungguhnya kalian telah berbuat zalim terhadapnya (karena) ia menginfakkan baju besi dan peralatan perangnya di jalan Allah. Adapun Abbas, aku  telah mengambil zakatnya dua tahun lalu.''

Setelah itu, Rasulullah pun bersabda, ''Wahai Umar, apakah kamu tidak tahu bahwa paman seseorang itu sama seperti ayahnya?'' (HR Bukhari dan Muslim). Dari kisah itu, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk berbaik sangka kepada sesama. Nabi SAW senantiasa mengingatkan umatnya untuk menjauhi prasangka buruk.


Allah SWT juga melarang hamba-Nya  yang beriman untuk berprasangka. Allah berfirman dalam surah Al-Hujurat : 12


يَاءَ يُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إثْمٌ



"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa..."


Syekh Salim bin Ied al-Hilali dalam Syarah Riyadhus Shalihin, mengungkapkan, seorang hamba Allah yang beriman hendaknya menjauhkan diri dari menuduh, menghianati keluarga, kerabat dan orang-orang bukan pada tempatnya.

Rasulullah SAW menegaskan dalam hadisnya, ''Jauhilah olehmu prasangka. Sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.'' (Muttafaq 'alaih).  

Dalam Shohih Al Bukhari dan Shahih Muslim terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda, "Janganlah kalian berprasangka (curiga), karena sesungguhnya prasangka itu pembicaraan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari berita atau mendengarkan aib orang, janganlah kalian mencari-cari keburukan orang, janganlah kalian saling menipu, janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling memboikot, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara" (Lafaz hadits ini milik Al Bukhari)

Lalu apa sebenarnya prasangka itu? Dalam Alquran, prasangka disebut dengan az-Zhann. Syekh Mahmud al-Mishri dalam kitab Mausu'ah min Akhlaqir-Rasul, menjelaskan secara detail tentang jenis-jenis prasangka.

Menurut Syekh al-Mishri, ada empat macam prasangka yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, prasangka yang diharamkan. Prasangka yang termasuk kategori haram itu adalah berprasangka buruk terhadap Allah serta berprasangka buruk terhadap kaum Muslimin yang adil.

Dalam kehidupan ini kadang kala ada saja suatu masalah yang tak kunjung usai. Masalah seringkali terus-menerus membelit kehidupan kita. Bentuknya pun beragam, mulai dari belum terbayarnya hutang, belum tuntasnya perkuliahan, belum dapat pekerjaan atau mungkin tak kunjung mendapatkan jodoh. Padahal rasanya usaha telah dilakukan sebaik mungkin dan doa pun telah dipanjatkan siang dan malam.

Menghadapi situasi demikian, umumnya orang mengambil sikap kurang tepat, misalmnya lebih suka pasif bahkan apatis. Kerja mulai males, sering melamun, mencurahkan perasaannya ke sesuatu yang tidak dibenarkan: seperti minum-minuman keras dsb. Bahkan perlahan keyakinannya kepada janji Allah pun kian menipis.

Tidak sedikit juga yang stress atau depresi. Alih-alih bukannya memperkuat usaha dan doa, sebagian terjebak dalam bisikan syetan. Ada yang ke dukun, tukang ramal, memelihara jimatlah, tuyullah bahkan banyak sekali yang melakukan praktik suap dan korupsi. Langkah demikian muncul karena tanpa sadar seseorang telah meredupkan api imannya dan menggadaikan diri kepada selain Allah.
Logika syetan pun muncul dan diyakini sepenuh hati, “Apa saja deh yang penting dapet duit”.
Prasangka seperti inilah yang diharamkan oleh agama.


Kedua, prasangka yang diperbolehkan, yaitu berhati-hati, waspada atau rasa curiga karena ada hal (bukti) yang kuat atau pantas untuk dicurigai.

Ketiga, prasangka yang dianjurkan. prasangka jenis ini adalah prasangka yang baik terhadap sesama Muslim atau Husnudhzan

Keempat prasangka yang diperintahkan. prasangka yang diperintahkan adalah prasangka dalam hal ibadah dan hukum. Misalnya:  jika seseorang tidak yakin dengan jumlah raka’at shalat yang telah dilakukannya, adakah tiga atau empat, maka bisa menggunakan keyakinan berapa yang paling kuat dalam ingatan.

Juga termasuk prasangka yang diperintahkan adalah, berbaik sangka (ber-husnuzhann)  kepada Allah. Tiga hari menjelang wafat, Rasulullah SAW bersabda, ''Janganlah seseorang meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah SWT.'' (HR Muslim, hadis sahih).

Berbaik sangka kepada Allah SWT merupakan kenikmatan yang paling agung. Abu Hurairah RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW tentang kemuliaan berprasangka baik kepada Sang Khalik. ''Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku.''

''Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.'' (HR Bukhari dan Muslim).


Introspeksi Diri

Sebagian di antara kita kadang kurang mampu mengendalikan kehendak untuk selalu ingin cepat selesai, tergesa-gesa atau terburu-buru. Situasi tersebut sepintas menguntungkan, tetapi hakikatnya tidak mendidik karena fungsi hati nyaris tak berdaya karena nafsu yang dominan.
Buktinya sederhana, tatkala rasa jemu mulai menyelubungi jiwa dan raga, sementara target yang diharapkan tak kunjung tiba, hati mulai kesal, perlahan kecewa, dan akhirnya berburuk sangka kepada Allah SWT. Hati mulai lupa bahwa Allah semata yang menetapkan segala sesuatu sekehendak-Nya.

Tengoklah sejarah perang Badar dan perang Uhud. Ketika umat Islam sedikit dalam perang Badar Allah berikan kemenangan. Tatkala jumlah Umat Islam banyak dalam perang Uhud, Allah timpakan kekalahan kepada umat Islam. Apa sebab? Allah selalu punya rahasia, dan rahasia Allah selalu baik bagi seluruh hamba-Nya yang beriman.

Syeik Ibn Atha’illah dalam kitabnya “al-Hikam” menuliskan bahwa, “Tidak pantas seorang hamba berburuk sangka kepada Allah akibat doa-doanya belum dikabulkan oleh-Nya. Dan sebaiknya bagi hamba, yang tidak tahu apa yang akan terjadi atas dirinya esok hari, segera melakukan introspeksi diri.”

Karena Allah sendiri sudah mengatakan dalam sebuah firman-Nya, Surah Al Qashash:68


 “dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka(*). Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).”

(*) Bila Allah telah menentukan sesuatu, Maka manusia tidak dapat memilih yang lain lagi dan harus menaati dan menerima apa yang telah ditetapkan Allah.

Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman; surah Al Baqoroh: 216


  



diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

الصلاة والسلام عليك وعلى اليك ياسيدى يارسول الله

والله أعلام بالصواب



Tidak ada komentar:

Posting Komentar