Surah Al Anfal 24 - 25
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu [605], Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya [606] dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
[605] Maksudnya: menyeru kamu berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang dapat membinasakan musuh serta menghidupkan Islam dan muslimin. juga berarti menyeru kamu kepada iman, petunjuk jihad dan segala yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
[606] Maksudnya: Allah-lah yang menguasai hati manusia.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.
Ayat ini menjelaskan bahwa perintah-perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah sama seperti larangan-larangan-Nya, tidak luput dari suatu yang memberi kehidupan kepada kaum Mukminin. Maksudnya adalah setiap perintah Allah dan perintah Rasulullah adalah sangat berkaitan dengan kehidupan kita. Apa-apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya adalah demi kebaikan kehidupan kita. Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya wajib dita’ati semaksimal mungkin dalam berbuat ta’at kepada keduanya.
Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya
Allah memperingatan kepada kita bahwa jika kita diberi kesempatan untuk berbuat baik, maka hendaknya segerelah kita gunakan dengan sebaik-baiknya sebelum kesempatan itu dicabut kembali oleh Allah SWT, apalagi bila kesempatan itu merupakan dakwah atau seruan dari Allah dan Rasul-Nya, sebab Allah Maha Mampu untuk membatasi antara manusia dan apa yang diinginkannya, antara seseorang dan hatinya, dengan membolak-balikkan hati dan mengarahkannya ke arah yang lain sehingga ia tidak menyukai kebaikan dan suka kepada keburukan. Maka dalam suatu kesempatan, Rasulullah saw pernah berdoa : “Allaahumma Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii ‘Ala Diinik (Ya Allah, Wahai Yang membolak-balikkan setiap hati, mantapkanlah hatiku di atas dien-Mu)
Maksudnya, kalau kita mengetahui, kita iman bahwa kita akan dikumpulkandi hadapan Allah, kita dibangunkan setelah kematian kita, setelah qiyamat nanti kita digiring dan akan diadili di hadapan Allah SWT, maka masihkah kita akan berani untuk berpaling setelah mendengar seruan-Nya, setelah mengetahui perintah-2 dan larangan2-Nya. Oleh karena itu, mulai saat ini saya mengajak kepada hadirin sekalian, terutama saya pribadi dan keluarga, mari kita bersemangat, giat dan bangkit, berikhtiar sekuat mungkin untuk mentaati perintah2 Allah dan Rasul-Nya. Mumpung kita masih diberi kesempatan, jika ‘Izra’il sudah menjemput kita, maka siapapun tak dapat menundanya. Dan pasti Malaikat ‘Izrail akan menjemput kita.
Ayat berikutnya:
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
Ayat ini merupakan peringatan yang sangat serius kepada kaum Mukminin, kepada kita, agar kita jangan sekali-kali meninggalkan atau meremehkan keta’atan kita kepada Allah swt wa Rasuulihi saw. Jangan sampai kita meninggalkan atau bosan untuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar, mengajak untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena kalu di suatu kaum, di suatu lingkungan sudah tidak ada lagi yg peduli untuk amar ma’ruf nahi munkar, maka kemaksiatan dan kejahatan semakin menyebar dan kerusakan merajalela. Jika sudah demikian Allah timpakan bencana yang merata; menimpa orang-orang yang shalih dan Thalih (kebalikan orang shalih: orang kafir, maupun orang2 yg suka maksiat), orang yang orang yang zhalim dan orang yang berlaku adil.
Maka Allah juga memperingatkan kembali dalam ayat berikutnya
dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
Ini memperkuat peringatan sebelumnya bahwa Allah Ta’ala bila menimpakan azab karena perbuatan dosa dan maksiat, maka azabnya amat pedih dan keras, tidak ada mampu menghalanginya. Karena itu, kita harus berhati-hati terhadap peringatan tersebut dengan senantiasa melakukan keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya juga dengan terus jangan samapi ada rasa bosan untuk amar ma’ruf nahi munkar.
Hal ini dikutakan oleh Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ummu Salamah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila perbuatan-perbuatan maksiat di tengah umatku telah nyata, maka Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka secara merata.” Ia berkata, “Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bukankah di tengah mereka itu ada orang-orang yang shalih.?’ Beliau menjawab, “Benar.” Ia berkata lagi, “Bagaimana jadinya mereka.?” Beliau bersabda, “Apa yang menimpa orang-orang menimpa mereka juga, kemudian nasib akhir mereka mendapatkan ampunan dan keridlaan dari Allah.”
Menurut Syaikh as-S’ady dalam tafsirnya menjelaskan bahwa adzab Allah akan ditimpakan secara merata baik orang mukmin maupun orang kafir, orang sholeh maupun orang yang suka maksiat bila kezhaliman sudah begitu nyata, namun tidak ada seseorang yang peduli untuk merubah kedzaliman tersebut sehingga siksaan-Nya mencakup pelakunya dan orang selainnya. Cara memelihara diri dari fitnah (siksaan) ini adalah dengan mencegah kemungkaran dan terus untuk berdakwah melalui berbagai segi atau bidang. Dakwah tidak hanya terbatas di atas mimbar masjid. Di sekolah, pasar, terminal dan semua tempat adalah medan dakwah.Seorang guru berdakwah mengajak para muridnya untuk mentaati Allah Swt dan Rasul-Nya. Seorang pedagang bisa berdakwah dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berdagang. Seorang pejabat bisa berdakwah dengan menerapkan nilai dan moral Islam dalam mengelola negara dan menghimbau masyarakat untuk mentaati norma-norma agama. Pendek kata, semua orang bisa berdakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Semua bidang harus menjadi media dakwah. Jadi semua orang mukmin bergerak, berikhtiar untuk terus berdakwah menurut kemampuan dan keahliannya masing-masing.
Metode / Cara Berdakwah
Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw. bersabda: "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.
Firman Allah Surah An Nahl 125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[845] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil
Ayat ini menunjukkan tiga cara dalam berdakwah: hikmah, nasihat yang baik, dan dialog dengan cara yang baik pula. Berdakwah dengan hikmah, artinya dakwah dengan “contoh yang baik”, di dalamnya bisa tingkah laku atau tutur kata yang baik. Jika tingkah laku dan tutur kata itu diteladani, bisa menyentuh dan mengubah sikap orang lain, berarti di dalam terdapat hikmah.
Dakwah dengan hikmah jauh lebih efektif; tantangannya sedikit, tetapi dampaknya sangat besar. Kebanyakan orang lebih senang meneladani suatu kebajikan atas dasar kesadaran diri daripada dipaksa orang lain. Biarlah masyarakat melihat, menghayati, dan mengikuti prilaku baik itu.
Dakwah bil al-hikmah atau contoh yang baik bisa direalisasikan dengan budi pekerti yang baik (akhlak karimah). Kekuatan akhlak mulia dalam menarik simpati masyarakat untuk menerima dakwah sangatlah besar.
Dan Rasulullah-lah sebagai contoh kita dalam segala hal, termasuk dalam berdakwah. Keberhasilan Beliau dalam mengubah masyarakat Makah ketika itu yang jahiliyah dalam arti ketahudannya menjadi masyarakat yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya dengan cara atau metode bil hikmah wal mau’dhoti hasanah. Dengan suri tauladan, budi pekerti serta perkataan yang santun serta semangat ikhtiar maupun do’a yang tak pernah menyerah menjadi kunci keberhasilan Rasulullah SAW. Kalaupun ada kekerasan ataupun perang, Beliau kerjakan karena sangat terpaksa setelah Agama Allah didzalimi secara terang-terangan. Namun jalur diplomasi atau memberikan informasi yang santun selalu menjadi pilihan pertama.
Tentu kita ingat, Rasulullah pernah mengutus seorang sahabat untuk memberikan sepucuk surat kepada salah seorang Raja di jazirah Arab.
“Siapakah Pengikut Muhammad?” Tanya Sang Raja.
“Kebanyakan dari mereka adalah fakir-miskin” Jawab Sang Utusan
“Bagaimanakah tidur Muhammad?” , tanyanya lagi.
“Beliau tidur di atas pelepah kurma?”, sahut Sang Utusan.
“Bagimanakah makannya Muhammad?”,
“Sepertiga perutnya untuk makan, sepertiga lagi untuk ari dan lainnya untuk udara”. Jawab Sang Utusan.
Mendengar jawaban Sang Utusan tersebut, Sang Raja langsung mengikrarkan Syahadattain.
Kita juga ingat bagaimana Rasulullah Saw tidak marah saat seorang kaum musyrik meludahi beliau setiap pergi ke masjid. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw pergi ke masjid, beliau merasakan keanehan karena orang yang setiap saat meludahi beliau setiap akan pergi ke masjid tidak ada. Sesampainya di masjid Rasulullah Saw menanyakan kepada para sahabat di mana orang itu berada. Lalu Rasulullah Saw memperoleh jawaban bahwa orang yang meludahi beliau jatuh sakit. Setelah mendengar jawaban itu, Rasulullah datang membesuk orang tersebut dan mendoakan kesembuhan baginya. Akhirnya, orang tersebut kemudian menyatakan diri sebagai Muslim.
Peristiwa di atas adalah sekelumit contoh bagaimana ampuhnya akhlak mulia disertai doa yang tak pernah putus asa sungguh menarik minat seseorang untuk hidup di bawah naungan ajaran Islam. Semoga kita dapat terus meneladani Rasulullah saw di berbagai bidang dalam kehidupan kita terutama dalam amar ma’ruf wa nahi munkar, sebagai pencegah utama dari turunnya adzab Allah SWT yang sangat mengerikan.
Wallahu a’lamu bis shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar