*) Silaturrahim Maya menganjurkan: hendaknya sebelum membaca dengan lengkap tulisan ini, terlebih dahulu hadiah surah Al Fatihah 3x kepada Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Semoga kita semua mendapat sinar nadhrah Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Amiin...
“Ja’alahu laka ‘aduwwan liyahuusyaka bihi ilaihi”
“Sengaja Allah menjadikan syetan supaya jadi musuhmu,
Supaya engkau jemu dengan syetan dan berlindung kepada Allah”
Dados Allah niku menciptakan syaithon supaya jadi musuhnya kita manusia. Atau menungso kuwi dike’i musuh kang aran syaithon. Sesuai firman Alalh dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu)” (QS. Fathir: 6).
Supaya apa manusia kok diberi musuh kang aran syetan? Supaya setan ini menggiring kita untuk mendekat kepada Allah. Kita diberi musuh yaitu syetan, supaya dengan adanya musuh itu kita lari kepada Allah. Mengapa demikian?
“Li-annaka idzaa ‘arafta annahu laa thaaqata laka ‘alaa maqaabalatihi binafsika”
Karena ketika kita mengetahui, atau menungso ngaweruhi yen awak-e dewe kuwi ora mampu melawan syetan.
Ketika orang ini merasa tidak mampu melawan panggodane syetan atau pamerangane syetan, sebab banget apese. Merga apese kita, hingga tidak mampu melawan syetan. Syetan weruh awak-e dewe, sementara awak-e dewe mboten weruh syetan. Niki mpun kalah. Syetan iso mlebu neng darah-e manungso, kita tidak bisa, mpun kalah. Yo amargo kito nyadari yen awak-e dewe ora iso nglawan syetan. Maka ketika kita kepepet, terpaksa, maka kita tidak bisa tidak untuk melawan syetan, pasti kita akan minta pertolongan kepada Allah SWT. Yang mana Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Kuat sehingga tidak ada yang bisa mengalahkan Allah SWT. Karena itu kita kepepet, tidak ammpu melawan syetan, kita lari kepada Allah, mohon bantuan kepada Allah untuk mengalahkan syetan. Lek wis kita nangis minta tolong kepada Allah, terjadilah kita mengungsi kepada Allah SWT. Amerga awak-e dewe lemah, maka kita lari, ngungsi, berlindung kepada Allah. Kita minta pertolongan Allah. Dan kita pasrah bongkokan dumateng Allah SWT di dalam kita menolak pangridune syetan. Inilah rahasianya mengapa Allah itu membuat musuh manusia berupa syetan, tidak lain supaya kita merasa tidak mampu, terus lari memohon pertolongan kepda Allah. Lari kita kepada Allah di dalam mengalahkan syetan. karena itulah, syetan hakikatnya menggiring kita untuk mendekat kepada Allah SWT.
“Fa’adaawatusy syaithana hiya al-latii raddakallaahu bihaa ilaihi wa jama’aka bihaa ‘alaihi”
Pangridune (godaan) syetan ini, sesungguhnya Allah ingin mengembalikan, menarik kita dengan godaan syetan itu kembali kepada Allah. Maka hakikatnya, pangridune syetan itu, dimaksud Allah ingin menarik, mengembalikan kita kembali kepada Allah. Dan kita ingin dikumpulkan kepada Allah SWT. Dan hal inilah yang menjadi rahasia hakikatnya apa yang dimaksud Allah untuk menciptakan syetan tadi. Tidak ada maksud lain. Inilah maksud yang sesungguhnya di dalam Allah menciptakan syetan menjadi lawan kita. Hal ini berlaku bagi orang biasa. Tidak berlaku bagi muhibbin. Tidak berlaku bagi para ‘arifin, tidak berlaku bagi orang yang senantiasa dekat kepada Allah. Ini berlaku bagi awam atau muridun. Di mana orang-orang mahbubin ini hatinya senantiasa condong kepada Allah, untuk beribadah kepada Allah SWT. Hingga mereka semua tidak perlu membutuhkan musuh berupa syetan yangg akan menggiring mereka keapda Allah. Karena apa? Karena olehnya para mahbubin menggantungkan diri kepada Allah, pasrah kepada Allah itu tidak perlu diikhtiari. Seperti thabi’ah. Wong lek seneng… yo ngguyu… ini thabi’ah. Jadi tidak perlu ikhtiar, dia hatinya senantiasa sadar kepada Allah, seperti watak. Watek-e wong iku keras, kesenggol thitik wahe nesu, misalkan ini. Ini koyo dene watek. Lha mergo niki dadi watek, lha watek-e niki senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, tidak perlu digiring karo syetan. Dan dia tidak berpaling hatinya kepada Iblis. Sehingga tidak membutuhkan lagi lawan syetan. Tidak perlu minta pertolongan untuk melawan syetan. Syetan nggak ate nggodo. Allah tidak memerintah lagi kepada para muhibbin untuk supaya meminta pertolongan kepada Allah, mereka ya tidak perlu meminta pertolongan. Karena memang syetan tidak bisa menggoda. Tapi para muhibbin tetap meminta pertolongan kepada Allah karena perintah. Lek awak-e dewe niku meminta pertolongan karena butuh. Digoda syetan, ora iso ngalahke, males, butuh pertolongan Allah. Lha lek muhibbin, niku mboten. Syetan tidak bisa ngridu karena hatinya sudah senantiasa thawaf kepada Allah. Hingga tidak membutuhkan pertolongan lagi. Lha kok tetap donga, memohon pertolongan? Itu karena pertintah Allah.
“Wa harraka ‘alaika an-nafsa liyaduuma iqbaaluka ‘alaihi”
Dan Allah akan menggerakkan kita, supaya kita mau bergerak dengan menggerakkan nafsu kita. Nafsu kita digerakkan. Coro nafsune meneng koyo wong turu ngoten lek ndegleg, koyo wong tangi tengengengen, nengkleng. Kita diberi nafsu, nafsu kita digerakkan untuk mengikuti karepe nafsu lan syahwat. Jadi, atine dike’i nafsu mengko atine tansah nggolek-i hawa nafsu lan syahwat. Mengapa hati kok tansah nggoleki hawa nafsu lan syahwat? Supoyo olehe madep dateng Allah niku terus-terusan. Karena kamu atau kita ini tidak mampu melawan syetan dan tidak mampu menekan hawa nafsu kita. Kita tidak bisa mengendalikan hawa nafsu kita dan hawa nafsu kita telah menyatu di dalam darah kita, di dalam daging kita hingga kita tidak mampu. Kecuali Dzat Yang Lebih Kuat daripada kita. Tidak lain kecuali Maulaka, yaitu Allah SWT. Kalau hati kita digerakkan dan dikuasasi nafsu, wis ora iso opo-opo. Karena kita lemah, akhirnya tidak bisa lain kecuali menangis kepada Allah, Dzat Yang Maha Kuat yang bisa menyelamatkan kita dari pangridune syetan.
Allah telah memanggil-manggil hati kita dengan adanya pangridune syetan tadi untuk senantiasa mengahadap kepada Allah. Hingga hati kita tetap dengan himmah kita madep kepada Allah. Digoda tadi kita tidak mampu, itu hakikatnya Allah memanggil kita untuk senantiasa menghadap kepada Allah SWT. Dan hal ini tidak lain adalah pemanggilan yang sungguh-sungguh di antara panggilan-panggilan Allah kepada kita. Karena sesungguhnya dengan lantaran nafsu itu kita bisa dekat kepada Allah. Kita pengin suwargo, akhire gelem ngibadah. Kita pengin diparingi rejeki sing jembar, diparingi waras lorone, kita pengin diparingi nduwe anak sing sholeh dan seterusnya, karena keinginan inilah akhirnya kita mau nyuwuun. Hanya saja, ketika kita mulai nyuwun ini harus Lillah. Lek ora nduweni kepinginan, uwong mboten purun ngibadah. Milo dengan nafsu itulah hakikatnya kita bisa dekat dengan Allah.
“Wa li-annahaa ‘aduwwun min dakhilil-baiti wa ‘adaawatul-‘aduwwal-ladzii min daakhilil-baiti a-syaddun”
Karena sesungguhnya musuh yang paling berat itu adalah musuh dalam rumah atau musuh dalam selimut. Di mana kita tidak tahu bahwa di dalamnya. Bahkan nafsu itu menyatu dengan darah kita, menyatu dalam daging kita, menyatu dalam diri kita sendiri. Sehingga sangat sulit sekali untuk kita lawan kalau tidak ada pertolongan dari Allah SWT. Karena itulah Rasulullah SAW menyebut:
“…jihaadun-nafsi bil-jihaadil-akbar…”
Perang, berjuang mengalahkan nafsu itu adalah harus dengan perang atau perjuangan yang sangat besar. Kalau perang ngusir Londo (Belanda), niku mudah. Musuhe ketok. Tapi kalau musuhe nafsu, tidak nampak. Karena itu Rasulullah SAW dawuh ketika pada perang Uhud:
“Nahnu raja’naa min jihaadil-ashghari ila jihaadil-akbari….”
Kita ini baru pulang dari perang yang kecil menuju perang yang lebih besar. Para sahabat bertanaya: “Perang apa yaa Rasuulallah?” “Jihadun nafsi” jawab Rasulullah. Perang besar itu adalah memerangi hawa nafsu. Karena hawa nafsu itu digambarkan musuh dalam selimut.
Para hadirin-hadirot yang kami hormati.
Maka kita tidak perlu menyesal mengapa Tuhan memberikan musuh kepada kita berupa syetan. Sesungguhnya syetan itu manfaatnya besar kalau kita memang bisa menyikapi. Di mana kahirnya dengan syetan itu kita merasa tidak mampu dan akhirnya iltija ila maulaaka. Kita mengungsi kepada Allah. Dan kita ikhtisor, nyuwun pertolongan kepada Allah dan bertawakkul kepada Allah karena kita tidak mampu memerangi syetan.
Begitupun kita diberi nafsu, nafsune kepengin sugih, kepengin waras, ingin ini, ingin itu. Ini sesungguhnya juga pertolongan Allah. Allah menggiring kita dengan nafsu, Allah memanggil-manggil dengan nafsu itu. Satu, menggiringnya kita punya keinginan-keinginan hingga kita mau melakukan ibadah. Kemudian tinggal kita “Lillah” atau tidak? Yang kedua, kalau nafsu mencengkeram kita, kita menjadi lemah. Akhirnya kita meminta pertolongan Allah dari godaan syaithan. Karena memerangi nafsu itu perang yang besar.
Para hadirin-hadirat yang kami hormati
Karena itulah keinginan atau nafsu itu tidak perlu dibunuh, dawuh Mbah Yahi QS wa RA. Nafsu dimanfaatkan menjadi kendaraan mendekat kepada Allah. Piye carane? Lek kepingin ibadah turuti. Walaupun ibadahnya nafsu. Tapi ketika Allahu Akbar, nafsu diguwak ganti Lillaahi Ta’ala. Kita kepingin diparingi rejeki sing jembar…, ini nafsu, diikuti-ae. Lek mpun mulai bismillaahirrahmaanirrahiim, nafsu dibuang diganti Lillaahi Ta’ala. Kita kepingin diparingi anak sing sholeh, diparingi iso nyaur utang, nafsu niki…. Tapi gak popo, yo dilakoni. Ketika awal mulai dungo atau mujahadah, langsung Lillah lan Billah. Ini namanya memanfaatkan nafsu untuk mendekat kepada Allah SWT.
Para Bapak, Ibu yagn kami hormati.
Mudah-mudahan kita semua diparingi taufiq, hidayah Allah SWT hingga bisa senantiasa taqarrub ilallah wa rasuulihi saw. Amiin..
Al-Faatihah! Yaa Rabbanallaahumma shalli sallimi…..
(Dilanjutkan dengan sambutan PW Pusat dan ditutup dengan mujahadah 7,17)
(Transkrip Pengajian Kitab Al Hkam Ahad Pagi, Hadratul Mukarram Romo KH. Abdul Latief Madjid RA. Diedit tanpa merubah maksud, Aham Edisi 91 Th.X, Syawal 1431 H, diterbitkan oleh Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Ponpes. Kedunglo Kota Kediri - Jawatimur, Kode Pos 64114, Telp. (0354) 771018, 774511, Fax. (0354) 774511)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar